Selama bekerja kamu pasti pernah
menemukan ada orang-orang yang tidak terlalu cocok denganmu. Awalnya,
mungkin hanya perasaan tidak suka. Lama-lama mulai terjadi perdebatan
kecil, kemudian akhirnya secara tidak tertulis mendeklarasikan satu sama
lain sebagai “musuh”. Musuh, saingan, tukang komentar, rival, atau
apapun namanya terkadang bisa membuat kita terpacu untuk mencapai
performa yang lebih baik. Namun, bagaimana jika harus bekerja sama
dengan musuh di satu tim atau satu proyek?
Ayo tarik napas dan berpikir jernih untuk
kemaslahatan kariermu. Bersitegang dengan rekan kerja sendiri lama-lama
akan memperburuk suasana dan bisa berdampak buruk bagi orang-orang di
sekitar kalian. Jadi, daripada menghabiskan jam makan siang mengeluh
terus tentang musuhmu dan membawa energi negatif bagi rekan-rekan lain,
lebih baik salurkan emosimu untuk “membakar” semangat berkariermu
sendiri. Lakukan trik ini untuk menghadapi musuh di kantor dengan lebih
dewasa dan menguntungkan. Jika berhasil, kamu bahkan tidak akan memiliki
musuh lagi!Tips Ampuh Menghadapi Musuh di Kantor
Minta Saran dan Nasihat Padanya
Oke, mungkin ini kedengarannya gila.
Untuk apa minta saran pada orang yang terus-menerus mengkritik,
memperlakukanmu seperti bawahannya (padahal kalian selevel), dan sering
menyalahkanmu? Bukankah lebih baik orang-orang macam ini langsung
didorong ke dalam kawah gunung berapi saja?
Coba, mundur dan tenang sedikit. Selalu
ada pilihan-pilihan di sekitarmu. Kamu bisa saja melabraknya, namun
tindakan ini mungkin tidak terlalu efektif karena malah akan menambah
ketegangan di antara kalian. Daripada melawan api dengan api, datangi
dia satu lawan satu… dan minta saran kepadanya mengenai pekerjaan.
Misalnya, ia bagus dalam memimpin tim, coba tanyakan kepadanya bagaimana
caranya memonitor performa tim atau tips kepemimpinan yang jitu.
Mungkin awalnya ia akan kaget melihatmu
berani mendatanginya dan tidak menyangka kamu akan berjiwa besar meminta
nasihat profesional darinya. Langkah ini membuktikan bahwa kamu
menganggap tindakan menyebalkannya sebagai motivasi, bukannya patah
semangat diperlakukan seperti itu. Untuk “membalasmu”, dia akan terpaksa
memberi saran dengan sportif (kecuali dia memang tidak punya perasaan
dan tidak peduli kredibilitas). Dengarkan sarannya dan benar-benar
lakukan yang menurutmu baik. Setelah itu, datangi dia lagi dan berterima
kasih karena sarannya ampuh (kalaupun tidak seampuh itu, berbohonglah
sedikit). Lakukan ini beberapa kali. Mungkin bahkan ia meminta saran
balik padamu dan hubungan kalian jadi lebih baik.
Ganti Hinaan dengan Kebohongan
Kebohongan tidak selamanya buruk dan negatif. Ada istilah white lie
yang merupakan kebohongan demi kebaikan. Kadang, kita harus berbohong
agar segala sesuatunya berjalan baik. Bayangkan betapa kacaunya kalau
semua orang selalu jujur (“Kamu gendutan? Kok selera fashion-mu jelek sih? Jujur ya, omonganmu itu basi semua.”), bisa-bisa akan ada perang dunia sepanjang waktu.
Kesopanan adalah kebohongan yang terpoles
dengan sangat baik. Kesopanan akan membuat hubungan antar manusia
berjalan dengan baik, khususnya bagimu dan musuhmu. Eric Hoffer, seorang
ahli filsafat, mengatakan bahwa mencari-cari kesalahan orang yang kita
benci akan makin mengobarkan kebencian. Sebaliknya, memperlakukan musuh di kantor dengan murah hati akan memadamkan kebencian kita.
Daripada benci, lebih baik memuji
musuhmu—bahkan jika harus sedikit berbohong tentang pujian tersebut.
Jika kamu memuji seseorang, mereka akan melihat pujian tersebut sebagai
itikad baikmu. Mungkin, ia akan mulai bersikap baik dan balas memujimu.
Hal ini akan mampu meredakan ketegangan di antara kalian dan mengubah
hubungan kalian menjadi lebih baik serta menguntungkan.
Merenung
Ketimbang memikirkan cara-cara untuk
membuat musuhmu yang ada di kantor menderita, bagaimana jika kamu
merenung sejenak tentang si makhluk-menyebalkan-dari-kerak-neraka itu.
Philo, seorang filsuf, menyarakan untuk berbaik hati pada musuhmu,
karena semua orang memiliki perjuangan keras dalam hidupnya. Mungkin
musuhmu pernah mengalami hal-hal sulit yang membentuk kepribadian
kerasnya. Lalu, coba lihat lagi bagaimana orang-orang lain berinteraksi
dengannya. Apa hanya kamu yang merasa tidak suka padanya? Apakah dia
hanya menyebalkan terhadapmu? Apakah kamu di-bully?
Benjamin Franklin pernah berkata bahwa
musuh harusnya disayangi, karena mereka terus-menerus mengingatkan
keburukanmu. Pujian dari teman-teman bisa membutakan, maka musuh ada
untuk menunjukkan kekuranganmu. Jika dilihat dengan positif, anggap saja
kritikan tersebut sebagai sarana memperbaiki diri. Anggap musuh sebagai
reminder gratis yang terus-menerus mengingatkanmu untuk meningkatkan performa di kantor.
Langkah terakhir, renungkan apa tujuanmu
dalam berkarier. Apakah kamu ingin bebas konflik, dan senantiasa damai
ATAU berjuang mencapai segala target yang ditetapkan? Apa ada tujuan
yang ingin kamu capai, untuk diri sendiri dan kariermu? Jika kamu ingin
mencapai sesuatu, masa bodohlah dengan semua ketegangan dan drama di
tempat kerja. Konsentrasi untuk dirimu sendiri. Tetapi, sebaliknya, jika
tujuanmu adalah bekerja dengan penuh cinta damai, mungkin mencari kantor baru adalah keputusan yang bijaksana—JIKA semua cara yang ditempuh gagal dan suasana tidak tertahankan lagi. The choice is all yours!
Tidak ada gading yang tak retak.
Kesempurnaan hanyalah milik Tuhan. Percayalah di manapun kamu bekerja,
pasti selalu saja ada masalah. Pilihannya adalah berjuang dan terus
beradaptasi dengan suasana kerja tersebut. Jika kamu merasa
terus-menerus bermasalah, mungkin kamu harus berpikir ulang lagi. Apakah
ternyata selama ini masalahnya adalah dirimu sendiri? Ingat, masalah
apapun dapat diselesaikan dengan usaha. Jadi, jangan pernah berhenti
berusaha, demi karier yang gemilang!
Belum ada tanggapan untuk "Tips Ampuh Menghadapi Musuh di Kantor"
Posting Komentar