Nasrudin Hoja adalah seorang tokoh sufi yang dikenal
sebagai orang yang bijak dan jenaka yang dibalik kejenakaannya tersimpan
hikmah dan pelajaran hidup tingkat tinggi. Suatu hari Nasrudin Hoja
akan menjual seekor keledai peliharaanya ke pasar. Hoja berangkat
menjual keledainya bersama anak lelakinya yang berusia 12 tahun.
Berangkatlah kedua bapak anak ini sambil menuntun keledai ke pasar.
Belum lama berjalan mereka bertemu sekumpulan pemuda
yang lalu berkata kepada mereka berdua, “hai teman-teman, lihatlah bapak
dan anak yang menuntun keledainya itu. Betapa ruginya mereka, masa
keledai dituntun begitu saja, bukankah mereka bisa menaiki keledai
itu?”. Lalu Hoja pun bersama anaknya menaiki
keledai tersebut. Tak lama
kemudian mereka bertemu rombongan ibu-ibu yang berbisik-bisik keras
sehingga terdengan oleh Hoja dan anaknya, “Benar-benar keterlaluan
mereka berdua itu, keledai yang badannya lebih kecil dari kuda dinaiki
oleh dua orang pria yang badannya tegap. Kasihan keledai itu ya, kalau
mau naik harusnya cukup satu orang saja”. Akhirnya Hoja pun turun dari
keledai sementara anaknya tetap naik keledai.
Tak lama kemudian kembali bapak dan anak tersebut
bertemu sekumpulan orang, kali ini sekumpulan pria dewasa. Lagi-lagi
terdengar bisik-bisik dari mereka, “benar-benar anak kurang ajar, masa
dia enak-enak naik keledai sedangkan bapaknya disuruh jalan menuntun
keledai?”. Sekarang ganti anak lelaki Hoja turun dari keledai untuk
menuntun keledai tersebut, sedangkan Hoja yang naik keledai. Ketika
mereka berdua melewati daerah pemukiman, kembali ada kata-kata yang
mereka berdua dengar. Malahan kali ini terdengar seperti teriakan yang
datangnya dari ujung gang, “hey kawan-kawan, lihatlah bapak yang tidak
tahu malu, sementara dia naik keledai anaknya disuruh menuntun keledai”
Hoja pun turun dari keledai, lalu sang anak pun
bertanya,”pak, sekarang apa yang harus kita lakukan?”. Kali ini Hoja
bersama anaknya menggendong keledai tersebut. Apa yang terjadi?
Sesampainya di pasar mereka berdua ditertawakan orang-orang,”Lihatlah
dua orang bodoh itu, masa keledai digendong, harusnya kan dinaiki atau
dituntun”.
Itulah kisah klasik yang pesan moralnya sangat jelas sekali, bahwa sebagai seorang pemimpin
kita harus tegas dalam bersikap dan tidak terpengaruh oleh omongan
orang yang tidak sependapat dengan keputusan kita. Saya jadi teringat
beberapa waktu yang lalau pernah berbincang dengan mantan gubernur DKI
Jakarta, Letjen (Purn) Dr (HC) H. Sutiyoso yang akrab disapa Bang Yos.
Seperti kita ketahui bersama karier militer Beliau sangat cemerlang,
mulai dari Wakil Komandan Jenderal Kopasus, hingga menjabat Panglima
Kodam jaya. Bahkan Jendral berbintang tiga ini pernah terpilih menjadi
komandan resimen terbaik se Indonesia.Dalam percakapan itu kami lebih
banyak berbincang tentang kepemimpinan.
Beliau mengatakan: “Kita harus sadar bahwa tidak ada sebuah kebijakan
yang menyenangkan semua orang. Nah, oleh karena itu seorang pemimpin
jangan sampai membuat kebijakan yang keliru. Untuk tidak keliru maka
jangan merasa dirinya pintar, paling pintar. Tetapi seorang pemimpin itu
harus pandai menggunakan orang pintar.”
Ya, tidak ada sebuah kebijakan yang bisa menyenangkan
semua orang dan tidak mungkin juga kita bisa mengikuti semua omongan
orang. Pada prinsipnya seorang pemimpin itu harus berani mengambil
keputusan dan terbebas dari tekanan pihak mana pun. Tentu saja berbeda
antara mendengar omongan orang dan meminta pendapat orang. Mintalah
masukan kepada orang yang tepat, orang yang ahli dalam bidangnya.
Setelah menganalisa
situasinya dan mendengar masukan dari pihak luar, akhirnya kita
sendirilah yang menentukan. Ini tidak hanya berlaku pada kita sebagai
pemimpin perusahaan, ini juga berlaku pada kita sebagai pemimpin jiwa
kita. Tidak seperti mahluk ciptaan Tuhan lainnya yang tidak memiliki
kebebasan untuk memilih, manusia mempunyai keistimewaan itu. Tidak hanya
memiliki free will kita juga memiliki hati nurani, diri kita yang baik
yang selalu membisikan kebenaran. Untuk itu dengarkan dan ikuti selalu
kata hati, Insha Allah kita akan cenderung melakukan yang baik. Just
Follow Your Heart…
Belum ada tanggapan untuk "Just Follow Your Heart"
Posting Komentar